Studi Lapangan Pendidikan Ekonomi UNPAM
Berangkat 19:35 , sampai di terminal Ciboleger pukul 12 malam dan harus berjalan kaki dengan Medan yang berbatu dan penuh rintang sekitar 1,5 jam .
Karena jalan licin seusai di guyur hujan , saya sempat jatuh dan sakitnya masih membuat ngilu sampai sekarang. Tanpa listrik , tanpa jaringan seluler "Bisa ya ada sekelompok orang yang bertahan dengan situasi seperti ini?" Gumam saya.
Sampai disana tak ada lagi yang saya fikirkan, tak peduli dengan bau badan yang mungkin membuat teman sekamar saya terganggu , saya tidur dengan lelap bahkan hingga melewati waktu shubuh.
Kemudian Bangun dan harus mengantri Karena kamar mandi hanya ada 2.
Namun segarnya udara dan air yang disiram ke sekujur tubuh seolah melunturkan rasa letih yang menumpuk sejak keberangkatan.
Singkatnya , kami pulang setelah melakukan beberapa kegiatan.
Lalu sampai dirumah dengan bahagia. "Yes, Saya bebas" Teriakan kecil pertanda diri mulai merasa lega.
Lalu, hari ini .
Ada sebuah rasa yang entah mengapa selalu menggelitik hati
Sialnya , saya merasa rindu .
Ya , saya rindu pada desa kecil yang saya datangi dengan penuh perjuangan itu.
Desa yang awalnya saya kira menyeramkan karena terisolasi dari modernisasi.
Saya rindu udaranya , rindu airnya yang segar , rindu penduduk nya yang ramah , rindu duduk bersama kawan berisi diskusi dan canda tawa. Tanpa terganggu Pesan dari atasan , tanpa melihat kawan yang sibuk dengan urusan percintaan.
Ponsel, Game online dan sosial media terkalahkan dengan selembar kertas dan sebuah pena.
Hari ini kami mulai kembali pada rutinitas yang 'Tidak normal' . Lebih banyak tatap ponsel daripada tatap lingkungan sekitar.
Kanekes, terimakasih telah membuat kami menjadi manusia tanpa merunduk pada gadget selama 12 jam . Terimakasih telah sempat mengembalikan kami menjadi makhluk sosial sesungguhnya. Yang bersosialisasi sebagaimana orangtua kami di masanya .
We love you (Kanekes , Lebak - Banten, Desember 2019)
Karena jalan licin seusai di guyur hujan , saya sempat jatuh dan sakitnya masih membuat ngilu sampai sekarang. Tanpa listrik , tanpa jaringan seluler "Bisa ya ada sekelompok orang yang bertahan dengan situasi seperti ini?" Gumam saya.
Sampai disana tak ada lagi yang saya fikirkan, tak peduli dengan bau badan yang mungkin membuat teman sekamar saya terganggu , saya tidur dengan lelap bahkan hingga melewati waktu shubuh.
Kemudian Bangun dan harus mengantri Karena kamar mandi hanya ada 2.
Namun segarnya udara dan air yang disiram ke sekujur tubuh seolah melunturkan rasa letih yang menumpuk sejak keberangkatan.
Singkatnya , kami pulang setelah melakukan beberapa kegiatan.
Lalu sampai dirumah dengan bahagia. "Yes, Saya bebas" Teriakan kecil pertanda diri mulai merasa lega.
Lalu, hari ini .
Ada sebuah rasa yang entah mengapa selalu menggelitik hati
Sialnya , saya merasa rindu .
Ya , saya rindu pada desa kecil yang saya datangi dengan penuh perjuangan itu.
Desa yang awalnya saya kira menyeramkan karena terisolasi dari modernisasi.
Saya rindu udaranya , rindu airnya yang segar , rindu penduduk nya yang ramah , rindu duduk bersama kawan berisi diskusi dan canda tawa. Tanpa terganggu Pesan dari atasan , tanpa melihat kawan yang sibuk dengan urusan percintaan.
Ponsel, Game online dan sosial media terkalahkan dengan selembar kertas dan sebuah pena.
Hari ini kami mulai kembali pada rutinitas yang 'Tidak normal' . Lebih banyak tatap ponsel daripada tatap lingkungan sekitar.
Kanekes, terimakasih telah membuat kami menjadi manusia tanpa merunduk pada gadget selama 12 jam . Terimakasih telah sempat mengembalikan kami menjadi makhluk sosial sesungguhnya. Yang bersosialisasi sebagaimana orangtua kami di masanya .
We love you (Kanekes , Lebak - Banten, Desember 2019)

Komentar
Posting Komentar